Rabu, 06 April 2016

SENI BANGRENG KAB. SUMEDANG

SELAYANG PANDANG
SENI BANGRENG
  
Menurut asal usul kata (eumologi) kata bangreng berasal dari kata "bang" dan "reng". Bang akronim dari Terebang dan Reng penggalan dari kata rengkenek yang artinya menari (ngigel). Bila dilihat dari bentuk penyajiannya menunujukan bahwa seni Bangreng merupakan hasil perpaduan seni Terebang dan Bangreng. Menelusuri sejarah asal usul kesenian berdasarkan realita obyektif sulit di lakukan. Tetapi cerita rakyat yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Tanjungkerta dapat menjadi dasar acuan di dalam menentukan wujud sejarahnya.

Dalam sejarah kesenian Terebang tersirat bahwa seni tersebut berkembang di tengah-tengah masyarakat Tanjungkerta di bawa oleh para santri dari kawasan Sumedang dengan tujuna mensiarkan islam. Oleh karena itu seni Terebang erat kaitannya dengan sejarah perkembangan Islam di Sumedang, yang didorong oleh  para pemuka islam dari cirebon. Dalam proses perkembangannya melahirkan tokoh-tokoh seniman Islam Sumedang, seperti Demang Sacapati dengan menyebarkan Islam ke Kawasan Cimalaka, Mandapati, Jayapati, Margapati menyebarkan Islam ke kawasan Cititmun dan Wangsakusumah bergelar Udin menyebarkan islam ke kawasan Tanjungkerta. Seni Terebang yang dikembangkan oleh Ulama-ulama tersebut mengalami proses perubahan sesuai dengan perkembangan jaman. Maka lahirlah pemanduan unsur seni Terebang dengan Ketuk Tilu, pada akhitnya di kenal oleh masyarakat. Peranan Seni Bangrengselain sebagai media siar Islam juga sebagai media hiburan rakyat. pada umumnya di sajikan dalam acara hajatan atau syukuran baik syukuran pernikahan, khitanan, dsb.

Jenis Waditra

Waditra ialah alat-alat musik yang di gunakan dalam seni terentu. Waditra yang di pergunakan seni Bangreng terdiri dari :
  1. Lima buah Terbang
  2. Satu buah Kendang Besar dan dua buah Kuleanter.
  3. Kecrek
  4. Seperangkat gong
  5. Terompet/Rebab
  6. Saron
  7. Ketuk
  8. Juru tari dan Juru Sekar
  9. Juru Baksa
Pangrawit 

Pangrawit atau nayaga adalah penabuh waditra terdiri dari :
  1. Juru terbang lima orang
  2. Penabuh Kendang satu orang
  3. penabuh Gong satu orang
  4. penabuh Ketuk satu orang
  5.  Penabuh Kecrek satu orang
  6. Peniup Terompet satu orang
  7. Penggesek Rebab satu orang
  8. Juru Sekar sesua dengan kebutuhan
  9. Juru Tari atau Ronggeng satu orang atau lebih
  10. Juru Baksa atau orang
Jenis Lagu 

Dalam penyajiannya seni bangreng mempunyai ciri khas, dapay dilihat dari susunan lagu yang biasa dipergunakan terdiri dari :
  1. Lagu Kembang Gadung yang fungsinya untuk menghormati Karuhun
  2. Lagu Kembang Beureum
  3. Lagu Malong (untuk hiburan dan pengiring tari)
  4. Lagu Kikis Kelir
  5. Lagu Bangun
  6. Lagu Eceng Gondok
  7. Lagu Gandaria
  8. Lagu Cisangean
  9. Lagu Erang
  10. Lagu Kacang Asin
  11. Lagu Umbul-Umbul
  12. Lagu Riben
  13. Lagu Gaya
  14. Lagu Paris Wado
  15. Lagu Rayak-rayak
  16. Lagu Renggong Buyut
  17. Lagu-lagu Wanda Anyar (kreasi baru)
Teknik Penyajian

Pada umumnya diasajikan dalam Panggung terbuka dan keseluruhan personal mempunyai fungsi yang berbeda. Juru Tari dan Juru Baksa fungsinya sebagai duet menari. Juru Baksa berfungsi sebagai juru soder. Orang yang diberi soder tandanya mendapat giliran untuk menari. Sedangkan Juru Tari adalah patner penari pria. Pada pelaksanaanya diikat oleh aturan-aturan tujuannya untuk menjaga terjadinya pelanggaran etika seni atau norma, oleh karena para penari pria dan juru tari menyatu yang kadang-kadang berpasangan. Orang yang tidak diberi soder boleh ikut menari dengan jumlah tertentu, mere disebut mairan. Dalam kontek perkembangannya seni bangreng sangat menonjol di wilayah kecamatan tanjungkerta, Cimalaka, Sumedang Utara, dan Sumedang Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar