Rabu, 30 Maret 2016

SENI BUDAYA SUMEDANG

Selayang Pandang
SENI KUDA RENGGONG 
Kab.Sumedang

Kesenian tradisional disetiap daerah mempunyai ciri-ciri sendiri demikian pula halnya dengan kesenian rakyat khususnya seni Kuda Renggong. Untuk mengupas keberadaan Kuda Renggong sangat sulit karena data historis yang dibutuhkan sangat sulit ditemukan. Sumber yang ada hanyalah riwayat dan informasi.

Pada awalnya  sebutan Kuda Renggong adalah Kuda Igel (kuda yang menari), nama igel berubah menjadi Renggong. Sekitar tahun 1882 s/d 1919 pada masa pemerintah Kanjeng Aria Suria Atmaja yang dikenal dengan sebutan pangeran mekkah, beliau sangat mencintai rakyat sumedang. Sebagai tanda kasihnya diwujudkan dalam monumen yang disebut Lingga (terdapat ditengah-tengah alun-alun sumedang) perhatian Kanjeng Pangeran Aria Suria Atmaja pada sektor pertanian,perikanan,perternakan dan lingkungan hidup mendapat perhatian yang utama. Keberhasilan dalam menata dan mengelola lingkungan hidup kota, sumedang mendapat julukan "Kota Buludru".

Khusus untuk memajukan bidang peternakan beliau sengaja mendatangkan bibit Kuda yang dianggap bibit unggul dari Pulau Sumbawa dan Sumbawa. Kuda pada saat itu digunakan untuk keperluan bangsawan sebagai alat transportasi selain itu juga sebagai alat hiburan pacuan kuda (ngadu kuda atau balap kuda). Di Sumedang pada waktu itu jumlah kuda mencapai ratusan ekor karna masa itu setiap pamong praja diperintahkan untuk beternak kuda dan memilikinya. Pada masa Kanjeng Pangeran Aria Suria Atmaja inilah lahirnya Kuda Renggong karena banyak kuda, pada masa Kanjeng Pangeran Aria Suria Atmaja inilah para pamong praja banyak menitipkan kuda, khususnya pada seseorang Dalem bernama SIPAN. Ia seorang anak laki-laki dari Bapak Bidin yang lahir pada tahun 1870 di Dusun cikurubuk, Desa cikurubuk, Kec.Buahdua, Sumedang.

Sejak kecil SIPAN senang mengamati gerak-gerik atau tungkah laku kuda dan yang paling di perhatikan adalah kuda yang dapat di latih untuk mengikuti gerak gerik yang di tunjukan manusia.
Gerakan kuda yang bisa di latihkan menurut SIPAN adalah :
1.Adean                 : Gerakan lari kuda melintang (malang) yaitu gerakan lari kuda ke pinggir
   Torolong              :Gerakan lari kuda dengan langkah kaki kuda pendek-pendek namun cepat
2.Derap /Jorong      :Gerak langkah kaki kuda jalan biasa artinya tidak lari namun gerakannya cepat.
3.Congklang            : Gerakan lari dengan cepat kaki sama-sama ke arah depan (kuda pacu)
4.Anjing minggat      : Geakan langkah kaki kuda setengah lari.
    Ternyata dari pengamatan SIPAN kuda bisa di latih mengikuti gerakan yang diinginkan manusia, maka menginjak usia 40 tahun (1910) Ia mulai melatih kuda dalam gerakan tari (ngarenggong) yang di awali pada suatuhari ia memandikan kuda-kudanya ke permandian salah satu kuda bergoyang gerakan kuda melintang, terus SIPAN mencoba mengiringinya dengan musik dog-dog dan angklung sengaja di tangkan dari situraja yang di bawa-bawa Bapak Empong, ternyata setelah memakai tabuhan kuda tersebut bergerak menjadi-jadi

Dengan mendapat dukungan Kanjeng Pangeran Aria Suria Atmaja, SIPAN resmi saat itu mulai melatih dan mengolah geaka-gerakan kuda dan atas ke tekunannya akhirnya menghasilkan Kuda Renggong. Kuda yang pertama di latih olah SIPAN adalah si Cengek dan Dengek. Kuda Renggong hasil latihan sipan mulai di perkenalkan pada acara khitanan keluarga kanjeng pangeran Aria Suria Atmaja. Ternyata hasilnya sangat menakjubkan. Karena sangat menyenangkan bagi si anak sunat dan keluarganya serta banyak para pemilik kuda yang berhasrat untuk melatihnya.
Tahun 1939 dalam usia 68 tahun, SIPAN meninggal dunia dan keahliannya di wariskan kepada putranya kepada SUKRIA.

Kesenian kuda renggong di Kabupaten Sumedang dalam perjalanannya mengalami pertumbuhan dan perkembangan.Kuda Renggong mengalami perubahan fungsi, bentuk, musik, tari dan properti.
 Adapaun properti yang di gunakan yaitu :
  • Sela (tempat duduk)
  • Sangawedi (alat untuk naik ke kuda)
  • Apis buntut (tali penghubung antara sela dan pangkal ekor kuda)
  • Eles (alat untuk pengendali kuda)
  • Karembong (pengikat kepala kuda)
Sedangkan busana yang digunakan untuk penabuh atau penuntut kuda adalah :
  • Salontreng (kampret)
  • Calana pangsi 
  • Ikat kepala (totopong)
Dan untuk alat musik yang di pakai dalam mengiringi Kuda Renggong ini adalah Tanji (berasal dari Tanjidor yaitu alat musik dari Karawang).
Perkembangan yang terjadi yaitu terjadi sekarang, Kuda Renggong telah di jadikan Even Kepariwisataan Kabupaten Sumedang dalam rangka melestarikan dan mengembangkan Kuda Renggong

Dalam perkembangannya Seni Kuda Renggong berfungsi :
  1. Sebagai sarana inisiasi (saran pelengkap dalam upacara khitanan atau gusaran).
  2. Sebagai sarana pengerah masa (kuatnya daya tarik kua renggong seolah-olah sudah menyatu dengan jiwa penontonnya).
  3. Sebagai sarana pertunjukan (adanya perkembangan dari kuda renggong menjadi kuda silat yang melakukan gerakan atraktif dan akrobatik).
  4. Sebagai sarana upacara penyambutan tamu
  5. Sebagai sarana sumber nafkah.
Dampak dari Event budaya dan pariwisata Kuda Renggong, merangsang para seniman untuk brkompetensi meningkatkan kualitas Kuda Renggong,yang akan berdampak meningkatkan aspek sosial ekonomi sosial bagi senimannya.




FOTO PEMENTASAN KUDA SILAT


FOTO PEMENTASAN KUDA RENGGONG



Tidak ada komentar:

Posting Komentar