Rabu, 30 Maret 2016

SENI UMBUL KAB.SUMEDANG

UMBUL
GAMBAR TARI UMBUL

Semula umbul dikenal dalam gerak atau tarian dalam reog.Gerak tarian yang mengandung unsur erotik  dan kelucuan ini menjadi landasan inuisi di dalam penciptaan kesenian umbul.Menandakan bahwa umbul merupakan bentuk dari salah satu tarian atau gerakan .Kemudian dikembangkan menjadi sebuah tarian yang mempunyai ciri khas tersendiri dan disajikan dalam bentuk ruang yang berbeda.Ada juga yang berpendapat bahwa seni tersebut berasal dari daerah indramayu,dibawa oleh salah seorang seniman indramayu bernama Kalsip.Semula ditampilkan dalam pertunjukan longser.Seniman longser ini sangat dikenal oleh masyarakat pedukungnya telah mencetak penari handal dan terkenal bernama Isrem.

Sosok penari inilah menjadi tolak ukur untuk perkembangan seni tersebut ,bahkan menjadi pionir dengan nama samaran Ma Jaer . Seni umbul diperkirakan muncul pada tahun 1940, kemudian tumbuh dan berkembang di daerah Cijambe.Desa Parugpug.Kecamatan Paseh.

Ciri khas tari umbul adalah gerakan pinggul yang berbau erotis. Munculnya ciri khas ini mendapat penentangan dari kelompok masyarakat, mungkin terlalu sensitif menyentuh perasaan sehingga di pandang tidak menyenangkan. Oleh karena itulah terjadi pembekuan seni ini padatahun 1994. Setelah mengurangi nilai-nilai erotiknya, seni umbul kembali muncul dan berkembang luas, sampai sekarang masih bertahan dan masih tetap di gemari oleh masyarakat pendukungnya,bahkan sering di sajikan dalam bentuk even-even kepariwisataan.

JENIS WADITRA 

Jenis waditra sebagai pendukung seni umbul sangat sederhana di antaranya :
  1. Dogdog ukuran besar
  2. Ketuk 
  3. Kecrek
  4. Terompet
  5. Goong bambu 
BENTUK PENYAJIAN

Tari umbul pada mulanya disajikan dalam pertunjukan longser dan reog, selanjutnya berkembang menjadi jenis seni pertunjukan tersendiri. Pada umumnya disajikan di arena terbuka kemudian sering dipertontonkan di atas panggung. Pertunjukan tersebut didominasi oleh para penari wanita dalam jumlah yang tidak di tentukan, tetapi di sesuaikan dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan.
Keunikan yang terdapat dalam penyajian seni ini, mendorong para ahli seni untuk melakukan penelitian. Tak mengherankan apabila dijadikan obyek studi penelitian, bahkan telah mendapat binaan dari Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata dan Unwim Jatinangor Kabupaten Sumedang.
 

SENI BUDAYA SUMEDANG

Selayang Pandang
SENI KUDA RENGGONG 
Kab.Sumedang

Kesenian tradisional disetiap daerah mempunyai ciri-ciri sendiri demikian pula halnya dengan kesenian rakyat khususnya seni Kuda Renggong. Untuk mengupas keberadaan Kuda Renggong sangat sulit karena data historis yang dibutuhkan sangat sulit ditemukan. Sumber yang ada hanyalah riwayat dan informasi.

Pada awalnya  sebutan Kuda Renggong adalah Kuda Igel (kuda yang menari), nama igel berubah menjadi Renggong. Sekitar tahun 1882 s/d 1919 pada masa pemerintah Kanjeng Aria Suria Atmaja yang dikenal dengan sebutan pangeran mekkah, beliau sangat mencintai rakyat sumedang. Sebagai tanda kasihnya diwujudkan dalam monumen yang disebut Lingga (terdapat ditengah-tengah alun-alun sumedang) perhatian Kanjeng Pangeran Aria Suria Atmaja pada sektor pertanian,perikanan,perternakan dan lingkungan hidup mendapat perhatian yang utama. Keberhasilan dalam menata dan mengelola lingkungan hidup kota, sumedang mendapat julukan "Kota Buludru".

Khusus untuk memajukan bidang peternakan beliau sengaja mendatangkan bibit Kuda yang dianggap bibit unggul dari Pulau Sumbawa dan Sumbawa. Kuda pada saat itu digunakan untuk keperluan bangsawan sebagai alat transportasi selain itu juga sebagai alat hiburan pacuan kuda (ngadu kuda atau balap kuda). Di Sumedang pada waktu itu jumlah kuda mencapai ratusan ekor karna masa itu setiap pamong praja diperintahkan untuk beternak kuda dan memilikinya. Pada masa Kanjeng Pangeran Aria Suria Atmaja inilah lahirnya Kuda Renggong karena banyak kuda, pada masa Kanjeng Pangeran Aria Suria Atmaja inilah para pamong praja banyak menitipkan kuda, khususnya pada seseorang Dalem bernama SIPAN. Ia seorang anak laki-laki dari Bapak Bidin yang lahir pada tahun 1870 di Dusun cikurubuk, Desa cikurubuk, Kec.Buahdua, Sumedang.

Sejak kecil SIPAN senang mengamati gerak-gerik atau tungkah laku kuda dan yang paling di perhatikan adalah kuda yang dapat di latih untuk mengikuti gerak gerik yang di tunjukan manusia.
Gerakan kuda yang bisa di latihkan menurut SIPAN adalah :
1.Adean                 : Gerakan lari kuda melintang (malang) yaitu gerakan lari kuda ke pinggir
   Torolong              :Gerakan lari kuda dengan langkah kaki kuda pendek-pendek namun cepat
2.Derap /Jorong      :Gerak langkah kaki kuda jalan biasa artinya tidak lari namun gerakannya cepat.
3.Congklang            : Gerakan lari dengan cepat kaki sama-sama ke arah depan (kuda pacu)
4.Anjing minggat      : Geakan langkah kaki kuda setengah lari.
    Ternyata dari pengamatan SIPAN kuda bisa di latih mengikuti gerakan yang diinginkan manusia, maka menginjak usia 40 tahun (1910) Ia mulai melatih kuda dalam gerakan tari (ngarenggong) yang di awali pada suatuhari ia memandikan kuda-kudanya ke permandian salah satu kuda bergoyang gerakan kuda melintang, terus SIPAN mencoba mengiringinya dengan musik dog-dog dan angklung sengaja di tangkan dari situraja yang di bawa-bawa Bapak Empong, ternyata setelah memakai tabuhan kuda tersebut bergerak menjadi-jadi

Dengan mendapat dukungan Kanjeng Pangeran Aria Suria Atmaja, SIPAN resmi saat itu mulai melatih dan mengolah geaka-gerakan kuda dan atas ke tekunannya akhirnya menghasilkan Kuda Renggong. Kuda yang pertama di latih olah SIPAN adalah si Cengek dan Dengek. Kuda Renggong hasil latihan sipan mulai di perkenalkan pada acara khitanan keluarga kanjeng pangeran Aria Suria Atmaja. Ternyata hasilnya sangat menakjubkan. Karena sangat menyenangkan bagi si anak sunat dan keluarganya serta banyak para pemilik kuda yang berhasrat untuk melatihnya.
Tahun 1939 dalam usia 68 tahun, SIPAN meninggal dunia dan keahliannya di wariskan kepada putranya kepada SUKRIA.

Kesenian kuda renggong di Kabupaten Sumedang dalam perjalanannya mengalami pertumbuhan dan perkembangan.Kuda Renggong mengalami perubahan fungsi, bentuk, musik, tari dan properti.
 Adapaun properti yang di gunakan yaitu :
  • Sela (tempat duduk)
  • Sangawedi (alat untuk naik ke kuda)
  • Apis buntut (tali penghubung antara sela dan pangkal ekor kuda)
  • Eles (alat untuk pengendali kuda)
  • Karembong (pengikat kepala kuda)
Sedangkan busana yang digunakan untuk penabuh atau penuntut kuda adalah :
  • Salontreng (kampret)
  • Calana pangsi 
  • Ikat kepala (totopong)
Dan untuk alat musik yang di pakai dalam mengiringi Kuda Renggong ini adalah Tanji (berasal dari Tanjidor yaitu alat musik dari Karawang).
Perkembangan yang terjadi yaitu terjadi sekarang, Kuda Renggong telah di jadikan Even Kepariwisataan Kabupaten Sumedang dalam rangka melestarikan dan mengembangkan Kuda Renggong

Dalam perkembangannya Seni Kuda Renggong berfungsi :
  1. Sebagai sarana inisiasi (saran pelengkap dalam upacara khitanan atau gusaran).
  2. Sebagai sarana pengerah masa (kuatnya daya tarik kua renggong seolah-olah sudah menyatu dengan jiwa penontonnya).
  3. Sebagai sarana pertunjukan (adanya perkembangan dari kuda renggong menjadi kuda silat yang melakukan gerakan atraktif dan akrobatik).
  4. Sebagai sarana upacara penyambutan tamu
  5. Sebagai sarana sumber nafkah.
Dampak dari Event budaya dan pariwisata Kuda Renggong, merangsang para seniman untuk brkompetensi meningkatkan kualitas Kuda Renggong,yang akan berdampak meningkatkan aspek sosial ekonomi sosial bagi senimannya.




FOTO PEMENTASAN KUDA SILAT


FOTO PEMENTASAN KUDA RENGGONG